JAKARTA--MI: Wakil Ketua Komisi I DPR RI bidang Pertahanan, Yusron Ihza Mahendra menerima permintaan maaf dari Panglima Tentara Laut Diraja Malaysia, Laksamana Abdul Aziz Jafar.
"Panglima Tentara Laut Malaysia sudah minta maaf dan berjanji akan menjauhkan tentaranya dari laut Ambalat, agar tidak terjadi clash fisik dengan pasukan TNI Angkatan Laut," ungkap Yusron Ihza Mahendra melalui hubungan telepon internasional langsung dari Kuala Lumpur, Rabu (10/6).
Saat ini, Yusron Ihza Mahendra sedang memimpin delegasi Komisi I DPR RI untuk melakukan pertemuan dengan sejumlah petinggi di Malaysia, terkait sejumlah pelanggaran perbatasan yang dilakukan Tentara Laut Diraja Malaysia di perairan Blok Ambalat.
"Dalam pertemuan tadi, kami diterima oleh pihak Departemen Luar Negeri (Deplu) Malaysia. Dan pada kesempatan itu, kami mendesak pihak Deplu Malaysia mempercepat penyelesaian Ambalat. Pada kesempatan itulah Panglima Tentara Laut Diraja Malaysia menyampaikan permintaan maaf," katanya.
Sementara itu, pihak Deplu Malaysia sendiri, menurutnya, berjanji akan mempercepat penyelesaian diplomatik atas masalah Ambalat. "Janji itu dinyatakan Deputi Menlu Malaysia Kohilan Pillay setelah didesak delegasi Komisi I DPR RI," tegas Yusron Ihza Mahendra (Fraksi Gabungan Bintang Pelopor Demokrasi).
Selama kunjungan resmi delegasi Parlemen Indonesia di Malaysia itu, dia didampingi tiga rekannya, yakni Hepi Bone Zulkarnaen (Fraksi Partai Golkar), Andreas Pareira (Fraksi PDI Perjuangan), Shidqi Wahab (Fraksi Partai Demokrat) dan Joko Susilo (Fraksi Partai Amanat Nasional).
Kepada delegasi Parlemen Indonesia itu, demikian Yusron Ihza Mahendra, Pillay berulang kali menyatakan akan mempercepat perundingan dengan mitranya dari RI.
Sementara itu, Panglima Laut Tentara Diraja Malaysia Laksamana Abdul Aziz Jafar, menurut Yusron juga menyatakan keseriusannya mengakhiri konflik di Ambalat.
"Dia menyatakan akan menjauhkan tentaranya dari Laut Ambalat milik Indonesia, agar tidak terjadi clash fisik. Juga dia berkata: Kami sama sekali tidak mau berperang dengan Republik Indonesia," ujar Yusron Ihza Mahendra kembali mengutip pernyataan Panglima Laut Tentara Diraja Malaysia itu.
Abdul Aziz Jafar juga menyatakan permohonan maaf, jika benar tentaranya meledek pasukan TNI Angkatan Laut dan berjanji akan menjatuhkan sanksi terhadap tentaranya itu.
Menurut Yusron, dalam pertemuan itu pihaknya menyampaikan kepada pejabat tinggi di Kuala Lumpur dan anggota Parlemen mereka bahwa Ambalat itu adalah milik sah RI, sesuai hukum laut internasional (UNCLOS) tahun 1982 yang telah diratifikasi Indonesia.
Yusron Ihza Mahendra menambahkan, akan segera menyampaikan berbagai hasil pertemuannya selama di Kualalumpur kepada pihak Pemerintah RI setibanya di Tanah Air, agar segera bisa ditindaklanjuti.
Jumat, 12 Juni 2009
Bangsa Indonesia adalah Bangsa Pemberani
Indonesia adalah bangsa yang pemberani. Sejarah menulis bagaimana perjuangan bansa Indonesia melawan penjajah. mulai dari jaman kolonial VOC sampai Agresi Militer Belanda 1948. Bangsa Indonesia dapat melawan musuh walau hanya bermodal bambu runcing. Sampai akhirnya Indonesia merebut kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan perjuangan sendiri, dan bukan pemberian dari bangsa Penjajah. ekarang pun semangat keberanian itu harus tetap berkobar. Kita tunjukan pada dunia kalau bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat, dan tidak mudah diinjak-injak oleh bangsa lain.
Senin, 01 Juni 2009
Kasau; Kekuatan Udara Nasional Cenderung Diartikan Hanya Berupa Pesawat Terbang
Dispenau, 6/1/2009
Ketua Persatuan Kesehatan Penerbangan (Perkespra) Marsekal Pertama TNI (Purn) Juelizir Moezakar, SpKP, SPA memberikan penganugerahan Wing Kesehatan Penerbangan kepada Asisten Personel (Aspers) Kasau Marsekal Muda TNI Sudjadijono, SE, MM, di Lakespra dr. Saryanto, Jakarta Selatan, Senin (1/6).
Kekuatan udara nasional cenderung diartikan hanya berupa pesawat terbang dan peralatan lain yang digunakan oleh Angkatan Udara, armada penerbangan sipil, industri, dan jasa kedirgantaraan serta penerbangan yang ada di TNI AD, AL, Polri belum kita pahami sebagai bagian dari kekuatan udara nasional Indonesia.
Demikian juga dalam pemanfaatannya, pada umumnya hanya dikaitkan dengan kepentingan militer (perang) dan melupakan kegunaannya untuk kesejahteraan rakyat. Hakekat kekuatan udara nasional (Indonesia Air Power) bagi bangsa Indonesia adalah seluruh kemampuan dan kekuatan bangsa untuk menggunakan wahana yang beroperasi di atau/melalui udara. Demikian penjelasan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio saat bertindak sebagai Keynote Speaker pada Jakarta International Aerospace Medicine Symposium (JIAMS) di Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Antariksa (Lakespra) dr. Saryanto, Jakarta Selatan, Senin (1/6).
Simposium yang berlangsung dua hari, diikuti para dokter-dokter kesehatan penerbangan baik dari dalam maupun luar negeri yang menangani kesehatan penerbangan, staf yang terlibat dalam dunia penerangan baik militer maupun sipil yang berdinas di TNI AU, AD, AL, Kepolisian, dan Departemen Perhubungan Republik Indonesia.
Dengan demikian jelaslah bahwa kekuatan udara nasional tidak identik dengan hanya Angkatan Udara saja. Kalau kita berbicara kekuatan udara nasional di Indonesia tentu tidak terlepas dari kondisi geografi negara kita yang berbentuk kepulauan (Archipelago State). Dihadapkan dengan bentuk geografi dan luas wilayah Indonesia, maka faktor kecepatan yang dimiliki oleh kekuatan udara baik wahana gerak berawak (pesawat terbang), maupun wahana gerak tak berawak (peluru kendali), menjadikan pilihan utama untuk dibangun dan dikembangkan secara proporsional.
Maksud diadakannya simposium ini menurut Ketua pelaksana Marsekal Pertama TNI Dr. Mariono Reksoprojo, SpOG, SpKP, MD untuk menerima masukan-masukan dari berbagai kalangan dokter maupun petugas yang selama ini bekerja di dunia penerbangan yang nantinya dapat memberikan masukan kepada pemimpin dalam menentukan kebijakan dalam hal kesehatan penerbangan terutama untuk keselamatan para awak penerbangan dan para pengguna.
Sebelum memasuki pembahasan-pembahasan selanjutnya Ketua Persatuan Kesehatan Penerbangan (Perkespra) Marsekal Pertama TNI (Purn) Juelizir Moezakar, SpKP, SPA memberikan penganugerahan Wing Kehormatan Kesehatan Penerbangan kepada Asisten Personel (Aspers) Kasau Marsekal Muda TNI Sudjadijono, SE, MM; Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen TNI dr. Heridadi, Msc; Direktur Kesehatan AD Brigadir Jenderal TNI dr. Djoko Riadi, SpBS; Kepala Dinas Kesehatan AL Laksamana Pertama TNI Dr. Kusdinar Diyon, SpS, Kabiddokpol Pusdikkes Polri Brigadir Jenderal Polisi Musaddeg Ishaq, DFM, dan Dr. I Nyoman Kandun, MPH (mantan Direktur Jenderal Departemen Kesehatan RI).
from : website TNI AU
Ketua Persatuan Kesehatan Penerbangan (Perkespra) Marsekal Pertama TNI (Purn) Juelizir Moezakar, SpKP, SPA memberikan penganugerahan Wing Kesehatan Penerbangan kepada Asisten Personel (Aspers) Kasau Marsekal Muda TNI Sudjadijono, SE, MM, di Lakespra dr. Saryanto, Jakarta Selatan, Senin (1/6).
Kekuatan udara nasional cenderung diartikan hanya berupa pesawat terbang dan peralatan lain yang digunakan oleh Angkatan Udara, armada penerbangan sipil, industri, dan jasa kedirgantaraan serta penerbangan yang ada di TNI AD, AL, Polri belum kita pahami sebagai bagian dari kekuatan udara nasional Indonesia.
Demikian juga dalam pemanfaatannya, pada umumnya hanya dikaitkan dengan kepentingan militer (perang) dan melupakan kegunaannya untuk kesejahteraan rakyat. Hakekat kekuatan udara nasional (Indonesia Air Power) bagi bangsa Indonesia adalah seluruh kemampuan dan kekuatan bangsa untuk menggunakan wahana yang beroperasi di atau/melalui udara. Demikian penjelasan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio saat bertindak sebagai Keynote Speaker pada Jakarta International Aerospace Medicine Symposium (JIAMS) di Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Antariksa (Lakespra) dr. Saryanto, Jakarta Selatan, Senin (1/6).
Simposium yang berlangsung dua hari, diikuti para dokter-dokter kesehatan penerbangan baik dari dalam maupun luar negeri yang menangani kesehatan penerbangan, staf yang terlibat dalam dunia penerangan baik militer maupun sipil yang berdinas di TNI AU, AD, AL, Kepolisian, dan Departemen Perhubungan Republik Indonesia.
Dengan demikian jelaslah bahwa kekuatan udara nasional tidak identik dengan hanya Angkatan Udara saja. Kalau kita berbicara kekuatan udara nasional di Indonesia tentu tidak terlepas dari kondisi geografi negara kita yang berbentuk kepulauan (Archipelago State). Dihadapkan dengan bentuk geografi dan luas wilayah Indonesia, maka faktor kecepatan yang dimiliki oleh kekuatan udara baik wahana gerak berawak (pesawat terbang), maupun wahana gerak tak berawak (peluru kendali), menjadikan pilihan utama untuk dibangun dan dikembangkan secara proporsional.
Maksud diadakannya simposium ini menurut Ketua pelaksana Marsekal Pertama TNI Dr. Mariono Reksoprojo, SpOG, SpKP, MD untuk menerima masukan-masukan dari berbagai kalangan dokter maupun petugas yang selama ini bekerja di dunia penerbangan yang nantinya dapat memberikan masukan kepada pemimpin dalam menentukan kebijakan dalam hal kesehatan penerbangan terutama untuk keselamatan para awak penerbangan dan para pengguna.
Sebelum memasuki pembahasan-pembahasan selanjutnya Ketua Persatuan Kesehatan Penerbangan (Perkespra) Marsekal Pertama TNI (Purn) Juelizir Moezakar, SpKP, SPA memberikan penganugerahan Wing Kehormatan Kesehatan Penerbangan kepada Asisten Personel (Aspers) Kasau Marsekal Muda TNI Sudjadijono, SE, MM; Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen TNI dr. Heridadi, Msc; Direktur Kesehatan AD Brigadir Jenderal TNI dr. Djoko Riadi, SpBS; Kepala Dinas Kesehatan AL Laksamana Pertama TNI Dr. Kusdinar Diyon, SpS, Kabiddokpol Pusdikkes Polri Brigadir Jenderal Polisi Musaddeg Ishaq, DFM, dan Dr. I Nyoman Kandun, MPH (mantan Direktur Jenderal Departemen Kesehatan RI).
from : website TNI AU